Memelihara Burung Ciblek
Diposting oleh Hanif NR , Selasa, 11 September 2012 9/11/2012 07:11:00 PM
Burung ciblek atau dikenal juga dengan
nama latin Prinia familiaris kini semakin langka. Burung yang
dimasukkan ke dalam keluarga Prinia (merujuk bulu sayap putih bertipe
prinia) kini hanya tersisa di sebagian kecil pulau Jawa. Sumatera dan
Bali. Di Sumatra tidak jarang sampai ketinggian 900 m dpl, sedangkan di
Jawa dan Bali umum sampai ketinggian 1.500 m dpl.
Ciblek
memiliki ukuran fisik yang tergolong kecil, hanya sekitar 12 cm
terhitung dari ujung paruh hingga ekor. Memiliki bulu punggung berwarna
hijau ke abu abuan dengan bagian ujung ekor bermotif totol kehitaman
tipis. Pada bagian punggung ada dua macam warna. Untuk tipe ciblek
tegalan/ kebun dicirikan dengan warna dada putih sedangkan ciblek sawah
berwarna abu abu agak gelap.
Ciblek
dada putih memiliki intonasi yang panjang, keras dan lebih melengking
dengan suara bersuara cap..cap..cap… sedangkan ciblek sawah berbunyi
cip..cip..cip… Paruh burung ciblek berbentuk runcing dan kecil dengan
bagian atas kehitaman dan bawah kekuningan. Kakinya sangat rapuh
berwarna coklat kemerahan.
Burung
ciblek hidup secara berkoloni kecil antara 3 hingga 12 ekor. Mereka
mencari makanan di area terbuka seperti sawah, pekarangan, kebun atau
bisa juga didaerah tertutup seperti pinggiran hutan dan kawasan bakau.
Di alam bebas, ciblek akan berbunyi secara bersahut sahutan dengan
kawanannya. Nyanyian tersebut sebagai tanda komunikasi agar tidak
terpisah dan juga sebagai tanda perngatan jika ada bahaya.
Saat
bernyanyi, ciblek akan mengangkat pantat dan ekornya sehingga terlihat
semakin cantik. Burung ciblek mencari mangsa berupa ulat maupun serangga
kecil. Terkadang mereka akan turun ke tanah untuk mengambil cacing yang
muncul di permukaan. Akan tetapi ciblek peliharaan berbeda lagi dalam
hal selera makanan. Mereka dibiasakan mengkonsumsi voer, ulat hongkong
atau kroto yang dicampur. Burung ciblek yang gagal beradaptasi dalam
selera makanan buatan manusia biasanya akan mati mendadak.
Seperti
kebanyakan burung kecil lainnya, ciblek membuat sarang dengan menganyam
rerumputan halus. Mereka memilih pohon yang tidak terlalu lebat dengan
banyak batang. Sarang ciblek berukuran kecil kurang lebih berdiameter 15
cm dengan lubang kearah samping. Sarang diletakkan di batang dengan
ketinggian minimum 2 meter. Mereka bertelur antara 3 hingga 5 ekor.
Ciblek termasuk burung yang pandai mengasuh anaknya, terbukti dengan
rendahnya angka kematian anak di sarang.
Sebelum
tahun 1990 an burung ini dibiarkan hidup bebas. Akan tetapi saat ini
burung ciblek terus diburu. Penangkapan banyak dilakukan terutama di
daerah pedesaan di pulau Jawa. Sifatnya yang tidak takut terhadap
manusia, semakin mudah untuk menjerat burung ciblek. Ada beberapa macam
cara untuk menangkap burung ini. Pemburu tradisonal biasanya menggunakan
pulut (getah nangka) yang di oleskan di daerah habitat ciblek.
Karena
burung ini memiliki pola terbang pada daerah yang sama, pemburu dapat
memprediksi titik titik burung ini akan hinggap kembali. Ada pula yang
menangkap dengan membentangkan jarring di sawah. Bisa juga dengan
meletakkan cermin atau anakan burung yang diambil dari sarangnya pada
sangkar perangkap sehingga memancing indukan untuk datang dan masuk
perangkap. Para penangkap burung yang terampil, bahkan, kerap hanya
bermodalkan senter, dan kecepatan tangan untuk menangkap burung ciblek
yang tidur di malam hari pada pohon pohon ketela.
Burung
ciblek dikenal memiliki daya tahan yang rapuh terutama hasil tangkapan
dewasa. Burung ciblek peliharaan yang sudah pandai berkicau berharga
mahal mencapai rentang harga antara 200 hingga 500 ribu sedangkan untuk
yang berkualitas biasa dihargai tiga puluh hingga tujuh puluh ribu.
Burung ciblek kualitas bagus sering digunakan untuk memaster burung
lomba kicauan karena suara ciblek bening dan tajam dan mudah ditirukan.
Posting Komentar